TUJUAN MEDITASI UNTUK MEMFURIFIKASI MIND,
PENGERTIAN MEDITASI ADALAH MENITI KE DALAM DIRI
Oleh: David E Purba*
davidpurba.com – Apa tujuan meditasi dan pengertian meditasi itu sesunguhnya? Atau lebih spesifiknya, untuk apa kita mesti bermeditasi? Pertanyaan seperti ini kian sering ditanyakan banyak orang, tak terkecuali di negeri belahan Barat maupun Timur yang ditandai dengan banyaknya paguyuban meditasi yang muncul dan artikel serta tulisan tentang meditasi yang kita temui di google dan Wikipedia.
Tak bisa dipungkiri, akibat problematika hidup yang kompleks seperti: makin mudahnya ‘kita’ mengalami stres, tubuh begitu rentan terhadap berbagai penyakit, aneka penyakit yang makin sulit diatasi, serta pola hidup dan makan yang tidak sehat… di saat seperti ini kemudian orang-orang berusaha mencari tahu adakah cara fundamental untuk mengatasi persoalan tadi yang langsung ke akar masalah?
Pencarian itu pada akhirnya menghantarkan kita pada Meditasi. Setelah bertemu, kita mulai bertanya-tanya apa tujuan meditasi dan pengertian meditasi itu sesungguhnya….
Pada tulisan ini, saya akan berbagi pengalaman dalam pencarian dan penemuan tentang tujuan meditasi dan pengertian meditasi yang saya dapatkan dan pelajari di Pusat Pendidikan Holistik, Yayasan Anand Ashram, Sunter, Jakarta, sejak tahun 1999.
Pertemuan dengan Buku dan Program Meditasi
Sebelumnya, saya tidak punya referensi tentang apa Meditasi. Saya adalah mahasiswa lulusan tahun 1998 tepat ketika meletusnya Kerusuhan Mei ’98 di Medan. Tahun 1999 saya hijrah ke Jakarta. Ketika itu (1998 – 1999) adalah masa di mana saya melihat ketidaksadaran terjadi di banyak tempat mulai dari penjarahan, berita media yang mengerikan, pembakaran manusia hidup-hidup yang saya saksikan langsung di prapatan Cililitan, Jakarta hanya karena kedapatan mencuri – ngeri!
Saya sangat stres, depresi dan mesti mencari pekerjaan ketika itu. Keadaan yang tidak mengenakkan itu kemudian mendorong saya untuk mencari ketenangan batin. Singkat cerita saya kemudian berkenalan dengan Meditasi lewat pertemuan dengan buku hebat berwarna kuning menyolok, berjudul: Seni Memberdaya Diri 1, Meditasi Untuk Manajemen Stres & Neo Zen Reiki, Penulis Anand Krishna, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1998, di salah satu toko buku di Jakarta. Pada buku tersebut kemudian saya mendapati apa itu tujuan meditasi dan pengertian meditasi dengan bahasa yang mudah dipahami. Setelah membaca buku itu, saya berniat mengatasi kegelisahan batin dan stres dengan cara mengikuti Program Seni Memberdaya Diri di Yayasan Anand Ashram, Sunter, Jakarta Utara.
Sejak itu, saya intensif mengikuti salah satu program meditasi dan mulai mendalaminya…
Pengertian Meditasi – Makna Meditasi
Berikut adalah pengertian meditasi yang saya temukan dan dapatkan ketika mengikuti program meditasi dan dari buku yang ditulis oleh Anand Krishna – Humanis Spiritual dari Indonesia…
Pengertian Meditasi adalah Jalan, Metode, Cara kita (manusia) untuk Menyadari Diri sendiri. Meditasi adalah Jalan Meniti ke Dalam Diri – masuk ke dalam diri, kembali ke dalam diri. Meditasi adalah Seni Terbesar untuk Memahami Diri, Mengamati Diri – bukan mengamati orang lain.
Artinya, ketika kita bermeditasi – duduk rileks dengan tulang punggung tegak – kita MULAI memutus interaksi, koneksi dengan dunia luar, sekeliling kita. Dengan cara: kita memejamkan mata dan menyadari napas. Pemejaman mata bermakna kita secara sadar memutus hubungan dengan dunia luar – inilah langkah pertama. Pengertian meditasi adalah menyadari bahwa napas merupakan suatu cara untuk melepaskan diri dari aktivitas ber-pikir yang terlalu intensif. Dalam meditasi, napas adalah alat utama nan efektif dan efisien untuk merilekskan pikiran. Perlahan-lahan saya mulai paham akan pengertian meditasi dan kenapa Meditasi disebut Seni Terbesar yang dimiliki peradaban umat manusia untuk menyadari dirinya sendiri, karena ternyata saat meditasi lah memungkinkan kita untuk menyadari adanya ‘manual book’ akan sistem tubuh (diri) kita yang begitu kompleks.
Dunia Luar – Lingkungan Sekeliling Kita
Kemudian saya disadarkan kembali, bahwa dunia luar, lingkungan sekeliling kita begitu luar biasa menyediakan berbagai RANGSANGAN, PENGARUH dan HIPNOSIS terhadap badan, panca indera, energi, mental-emosional dan atau gugusan pikiran kita. Dunia luar pun menawarkan begitu banyak pengetahuan, pengalaman dan hubungan sosial (yang bermanfaat dan tidak bermanfaat) yang apabila kita rapuh, lemah maka akan dikendalikan olehnya, diperbudaknya, lalu kita kehilangan jati diri, kita bukan lagi tuan atas diri kita. Maka tak heran jika kemudian mudah mengalami stres, sakit dan kesengsaraan – jauh dari bahagia. Jika keadaannya sudah seperti itu, saatnya lah kita masuk ke dalam diri.
Apa Tujuannya Kita Masuk ke Dalam Diri – Meditasi?
Tujuan meditasi adalah agar kita tidak menyalahkan dunia luar, pemicu di luar diri atas keadaan yang menimpa kita – dengan cara masuk ke dalam diri. Untuk apa masuk ke dalam diri? Ya, untuk memahami sistem, mekanisme yang ada di dalam diri – manual book tadi. Dengan menyadari, memahami mekanisme lahirnya gugusan pikiran dan perasaan (Mind) dari kecil menuju mind yang kompleks. Tindakan memperhatikan dan menyadari mind dengan menggunakan alat bantu napas bertujuan untuk membuat ‘jarak’ antara objek (mind) dengan subjek (aku sadar) yang mengamati. Adanya jarak ini menandakan kita tidak menyatu (tidak terpengaruh sedemikian rupa) dengan pikiran dan rasa (emosi) yang negatif. Jadi tujuan Meditasi itu adalah agar kita tidak dikendalikan oleh mind sepenuhnya.
Kesimpulan para Meditator yang mengatakan bahwa ada institusi yang lebih tinggi dari intelektualitas, perlahan mulai saya pahami. Institusi itu adalah Kesadaran Diri. Dan Kesadaran diri itu sudah ada sejak awal (tetap ada) di dalam diri, namun kehadirannya mulai bekerja dan berpengaruh hanya apabila mind kita tidak terlalu riuh, ramai dan berfluktuasi tinggi – memahami hal ini lah tujuan dari meditasi. Pemahaman bahwa Kesadaran Diri bisa bekerja, terasa bukanlah hasil norma sosial, dogma atau doktrin (hasil intelektualitas) tetapi sepenuhnya adalah gejala alamiah yang hanya bisa dialami bila kita disiplin mengolah mind – meditasi.
Maka pertanyaan kenapa “kita” mudah diperbudak, dipengaruhi dunia luar adalah karena “diri kita” begitu rapuh dikendalikan oleh mind usang dan atau rasa (emosi) yang negatif seperti; rasa takut, gelisah, khawatir, curiga, cemburu, kesal, amarah, dendam, prasangka negatif dan lain sebagainya.
Pikiran dengan segala perangkatnya yang ada di dalam diri: Otak dengan jaringannya; badan, panca indra, indra persepsi, memori bawaan, pengetahuan, norma social dan segala keluhan mental-emosional – hanya akan bisa diakses (untuk ‘dijernihkan’) ketika kita sudah menutup diri, memutus diri “dulu” dari dunia luar. Tindakan pengamatan yang kita lakukan dari dalam (diri) akan membuat kita sadar seperti apa kiranya kualitas pikiran kita secara umum dan khusus.
Sasaran Bermeditasi
Saya mulai membiasakan diri untuk belajar duduk santai (di kursi atau lesehan), tulang punggung tegak, dan rileks… ini lah saatnya bagi saya memutus kontak, interaksi dengan dunia luar. Konsumsi energi pun otomatis berkurang, energi tidak lagi mengalir boros keluar diri. Saya mulai paham bahwa yang menjadi sasaran atau objek dalam meditasi adalah MIND itu sendiri.
Seperti dalam permainan sepak bola, harus ada yang menjadi sasarannya yakni “gawang” lawan. Kemenangan hanya bisa diraih jika berhasil memasukkan bola ke dalam gawang lawan lebih banyak. Dalam perjalanan, proses meditasi juga demikian, ada yang menjadi sasarannya yakni: mind! Pikiran kita sendiri lah yang mesti kita amati, perhatikan dan olah sesering mungkin agar tetap jernih.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, mind memiliki perangkat keras yaitu OTAK. Dan mind ada di seluruh tubuh hingga ke dalam sel dan melingkupi kita. Lewat otak, ia (mind) tersambung dengan berbagai sistem saraf, organ, hormon, energi dan lain sebagainya.
Gugusan Pikiran (Mind) Mau Diapakan?
Menurut para peneliti modern dan para Guru Spiritual, manusia hanya menggunakan sekitar 10% dari kemampuan otaknya (mind-nya) dan sisanya 90% “tidak” digunakan – full memory. Lebih jauh para Guru Spiritual menjelaskan 90% kapasitas Otak (mind) manusia telah terisi oleh berbagai memori, informasi, sistem kecerdasan dan pengetahuan. Jadi sebenarnya, bayi yang baru lahir sekalipun telah membawa “memori bawaan” – mereka tidak polos. Di kemudian hari, ia (si bayi) dibentuk oleh keluarga, lingkungan, lembaga pendidikan dan pengajaran yang didapatnya. Jadi boleh dikatakan, kepribadian, karakter kita dibentuk oleh lingkungan kita.
Nah, setelah kita mengetahuinya secara garis besar tujuan meditasi dan pengertian meditasi itu adalah agar kapasitas 10% (kesadaran diri) tadi dapat ditingkatkan dan yang 90% (memori bawaan dan memori yang tidak berguna) dapat dikurangi – logika sederhananya. Terlalu banyak memori yang disimpan otak dan atau mind dapat mengakibatkan kelebihan kapasitas data, informasi dan memori yang kemungkinannya tidak semua lagi dibutuhkan untuk evolusi jiwa kita.
Saya juga mulai sadar, bahwa mind adalah sistem kecerdasan yang luar biasa, ia merupakan PEREKAM yang ulung. Karena jika kita dihipnotis (oleh ahlinya)… maka selama kita berjalan misalnya, berkegiatan dalam keseharian kita, apa yang kita lihat (meski tak disadari) dan apa yang dirasa, didengar semunya terekam dan tersimpan dengan baik. Dan rekaman tadi apabila “dipanggil” oleh seorang terapis, dan hanya untuk membuktikan bahwa betapa mind itu merupakan alat perekam ulung adalah benar adanya. Hal ini mengindikasikan bahwa otak dan mind kita dapat mengalami kelebihan beban dan konflik intern karena sifat mind itu sendiri.
Keadaan kelebihan kapasitas memori, konflik tadi, yang tak teratasi oleh mind dan perangkat otak itulah yang menyebabkan kita stres – depresi, marah, kesal, dendam, malu, sakit hati, cemburu, sedih dan lain sebagainya yang akan membebani kita – sehingga kita menjadi sakit, tidak bahagia bahkan bisa gila! Kenapa bisa demikian?
Karena “sampah-sampah” pikiran tadi sebenarnya bisa dibuang namun sebagian besar dari kita tidak mengetahui kebenaran ini, bahkan tidak mengetahui bahwa ada caranya!
Setelah lama saya disiplin memperhatikan Mind sendiri, saya kemudian dapat memahami bahwa mind itu ternyata (setidaknya) memiliki 2 sifat utama yakni:
- ~ MIND ADALAH PEREKAM ULUNG (sudah dijelaskan)
- ~ MIND BERSIFAT DUALITAS
Sifat dualitas maksudnya adalah bahwa Gugusan Pikiran itu selalu memiliki dua kutub: positif – negatif, suka – tidak suka, maju – mundur, menghadapi masalah – lari dari masalah. Artinya, mind tidak akan bisa diam karena itu sifat aslinya, ia selalu berkecenderungan berada di salah satu kutub. Bermakna, kita tidak akan pernah mampu membuat pikiran itu selalu dalam posisi positif terus – karena bertentangan dengan kodratnya. Tetapi bisa dilampaui sampai kita berhasil mengakses Kesadaran Diri.
Tujuan Meditasi
Jadi saya berkesimpulan bahwa tujuan meditasi itu adalah untuk merilis sampah-sampah gugusan pikiran dan perasaan (mind) agar tidak overload, agar kita tidak dikendalikan sepenuhnya oleh sifat dualitas mind tersebut. Memang bisa? Bisa. Dalam skala tertentu saya mengalaminya.
Dapatkah saya mengosongkan pikiran dalam bermeditasi? Pengalaman saya membuktikan hal tersebut tidak dapat terjadi. Kenapa? Karena mind tidak bisa diam sepenuhnya, bahkan memori pikiran yang 90% itu masih tersimpan dengan baik (aktif) di dalam diri saya.
Jadi, tujuan meditasi dan pengertian meditasi adalah untuk membuat diri kita memahami kinerja otak, mind dari dalam. Tindakan memahami, memperhatikan mind ini sesungguhnya adalah agar mind dibebaskan dari pekerjaannya dari kegiatan berpikir yang berlebihan. Paradoks bukan? Tapi itulah kenyataannya. Kita mendisiplin diri agar dapat memahami, mengamati bagaimana ‘bibit’ pikiran dan perasaan kecil dapat menjelma menjadi mind besar yang dapat memengaruhi hidup kita – apakah pikiran dan perasaan negatif itu kita biarkan menguasai kita atau kita furifikasi, jernihkan.
Misal, mari kita coba pahami perjalanan sebuah ‘keinginan’. Awalnya keinginan itu adalah bibit pikiran dan perasaan yang kecil. Selanjutnya kita ingin mewujudkannya. Namun tidak semua usaha kita bisa berhasil. Keinginan tetap menjadi keinginan semata. Karena tidak terwujud, pelan-pelan timbul rasa takut, kecewa, kesal, khawatir… lama-kelamaan timbul lah amarah. Dan amarah ini jika terus dipendam akan berakibat fatal pada kondisi mental-emosional kita. Kita menjadi mudah tersinggung, kesal, berprasangka negatif, dendam, cemburu dan lain sebagainya.
Nah, bayangkan jika banyak ‘keinginan’ yang tercipta setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun namun tidak tercapai atau terwujud. Setiap bibit pikiran tentang apa pun akan tersimpan baik, dan bila tidak tercapai atau terpenuhi maka konflik batin bisa terjadi dan ini bisa menggerogoti kita – bagai bom waktu. Ini hanyalah contoh sederhana. Penjabarannya bisa luas dan lebih mendalam.
Karena itulah, setiap saya meditasi, secara sadar saya berusaha merilis sampah-sampah pikiran dan perasaan yang tidak berguna tadi – tindakan ini ibarat kegiatan membersihkan badan atau mencuci pakaian kotor yang mesti rutin kita dilakukan. Sehingga pikiran yang positif, konstruktif dapat berkembang dengan baik, membentuk kepribadian kita. Namun, sampah pikiran dan perasaan mesti kita buang atau lepaskan.
Ada banyak metode, maket dalam meditasi namun sasarannya hanya satu yakni mind. Dan tujuan meditasi adalah untuk menjernihkan mind dari pikiran dan perasaan yang tidak dibutuhkan, agar Kesadaran Diri bisa berperan mengatasi dan melampaui intelektualitas dan insting hewani kita. Bisa saja sampah pikiran itu kita dapat sewaktu kita kecil, dari lingkungan sosial – pergaulan sosial, pendidikan, pengajaran, gadget, media dan lain sebagainya. Dan berita gembiranya, dengan memahami tujuan meditasi dan pengertian meditasi kita bisa menjernihkan mind. Jika ingin menjadi Tuan atas diri (mind) sendiri, mari ber-meditasi. Bersambung…. (DEP)
*David E Purba sampai sekarang (sejak tahun 1999) masih mengikuti berbagai program meditasi di Yayasan Anand Ashram, yang digagas oleh Anand Krishna – Aktivis Spiritual Indonesia.
Mari simak pengertian Meditasi menurut Bapak Anand Krishna
dan beberapa Selebriti Dunia:
——————————————————————————————————————————————————-