ANAND KRISHNA DAN MAKNA CHAKRA KEDUA DALAM YOGA

ANAND KRISHNA DAN MAKNA CHAKRA KEDUA DALAM YOGA

Penjelasan Anand Krishna tentang Chakra Kedua: MEMBANGKITKAN KREATIVITAS

Anand Krishna soal chakra kedua
Anand krishna Menjelaskan Makna Chakra Kedua

 

Chakra Kedua berhubungan dengan Energi Kreativitas. Kundalini Yoga menjelaskan metode pembangkitan Energi Kreativitas di dalam diri kita. Dalam penjelasan kali ini, Anand Krishna menyampaikan ciri-ciri orang yang sudah mencapai pencerahan.

 

kundalini-yoga
Buku Kundalini Yoga – buku Rekomendasi

Untuk lebih jelasnya, kami kutip penjelasanan Anand Krishna tentang makna Chakra Kedua, dari buku KUNDALINI YOGA, Dalam Hidup Sehari-hari, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998, halaman 66 -84:

 

Lapisan kesadaran kedua atau Chakra Svadishthana membuat manusia menjadi kreatif. Ia  (Patanjali) menyebutnya lapisan kreativitas. Setelah jenuh dengan lapisan kesadaran pertama yang membuat manusia sangat logis, rasional, praktis dan realistis, ia meningkat ke lapisan kedua ini.

 

Berada pada tingkat ini, level energi manusia meningkat. Apabila tidak digunakan untuk sesuatu yang kreatif, energi ini akan mencari outlet pengeluaran lewat organ seks. Itu sebabnya, manusia yang sudah jenuh dengan hal-hal yang bersifat duniawi pun, kadang-kadang masih memiliki keinginan seks.

Demikianlah tingkat kesadaran kedua ini. Etape kesadaran kedua ini membuat seseorang sangat kreatif. Namun apabila energi kreatif itu tidak dimanfaatkan, tidak disalurkan lewat sesuatu yang bersifat seni, maka bisa mencari penyaluran seks.

Berada pada tingkat ini, kita harus menyelami Patanjali lebih dalam. Sutra-sutra beriktu ini sangat menarik:

 

“PENGENDALIAN DIRI BERARTI MENGHINDARI KEKERASAN, MEMAHAMI KEBENARAN, MEMBEBASKAN DIRI DARI KESERAKAHAN, MENGHINDARI EKSTRIMITAS DAN MELEPASKAN KETERIKATAN.”

 

~ Patanjali Yoga sutra II: 30

 

Gerakan Yoga AshramSetelah berkembangnya kreativitas dalam diri kita, pengendalian diri menjadi suatu keharusan. Seperti pagar yang mengelilingi tanaman yang baru tumbuh, pengendalian diri bukan dimaksudkan untuk merongrong pertumbuhannya, tetapi justru untuk melindunginya.

Bagi seorang Patanjali, Pengendalian Diri juga tidak berarti puasa sepanjang hari dan menyusahkan seisi rumah, sewaktu membuka puasa pada sore harinya. Dengan cara itu, Anda hanya memindahkan jam makan Anda. Pengendalian Diri apa yang Anda capai?

Lewat sutra ini, sebenarnya Patanjali sedang memberikan ciri-ciri seseorang yang telah mencapai pencerahan.

 

Menghindari Kekerasan:

Mereka yang hanya menyentuh kulit sutra ini, biasanya menerjemahkan kekerasan hanya sebagai pembunuhan. Jangan membunuh – demikian kata mereka. Lantas mereka menjadi vegetarian. Mereka menghindari makan daging. Memang, makan daging merupakan salah satu bentuk kekerasan. Tetapi bukan hanya itu saja. Masih banyak bentuk kekerasan lainnya.

Menyakiti hati seseorang, merampas hak orang, menjarah, memperkosa, menghasut – semuanya itu merupakan kekerasan.

 

Memahami Kebenaran:

Kebenaran itu apa? Apa yang terlihat, apa yang terdengar, apa yang terasa – itu saja, atau lebih dari itu?

Jangan menyalahkan situasi. Jangan menyalahkan seseorang. Semuanya itu harus terjadi. Anda harus melewati semuanya itu. Semuanya itu merupakan sisi-sisi kebenaran.

Yoga di Bogor2

Membebaskan Diri Dari

Keserakahan

Sebelum berupaya membebaskan diri dari keserakahan, pahamilah sifat “keserakahan” itu sendiri. Jangan mencela, tetapi memahami. Apa yang Anda peroleh dari keserakahan Anda selama ini? Apakah yang Anda peroleh itu bersifat permanen, langgeng, abadi?

 

Lihat apa yang terjadi pada negara kita? Keserakahan kita yang menjatuhkan kita. Jangan menyalahkan Soros, jangan menyalahkan orang lain. Belum memiliki kemampuan, tetapi ingin membangun. Lantas kita pinjam dari kiri, pinjam dari kanan. Hasilnya, ya begini!

 

Menghindari Ekstrimitas:

Biasanya diterjemahkan sebagai celibacy – tidak melakukan hubungan seks. Terjemahan yang salah dan sangat menyesatkan. Istilah Sanskrit yang digunakan oleh Patanjali adalah “Brahmacharya” – hidup dalam Tuhan. Dan Tuhan bukanlah ekstrem kiri, bukan pula ekstrem kanan. Tuhan adalah Keseimbangan. Hidup dalam Tuhan berarti hidup dalam keseimbangan, menghindari ekstremitas.

 

Makanan vegetarian itu memang lebih sehat, bagus dan menunjang spiritualitas – menunjang, tidak membuat Anda menjadi spiritual. Dan apabila spiritualitas Anda begitu rapuh, sehingga tersentuh daging sedikit saja sudah lentur, lantas apa gunanya spiritualitas macam itu?

 

Kalau Anda vegetarian agar mengalami peningkatan kehidupan spiritual dan peningkatan kesadaran – yang akan tampak dari buah-buah hidup Anda: menjadi lebih sabar, peka terhadap kebutuhan sesama, damai dan harmoni dengan semesta dengan tidak marah-marah dan mengumpat-umpat – yang jelas-jelas hanya menyebarkan keresahan? Ah, betapa mudahnya kita tertipu oleh ilusi! Bahkan ketika kita hendak menggapai tujuan yang kita anggap paling mulia pun dalam proses itu kita malah menginjak-injak sesuatu yang kita impikan!

Jangan ekstrem. Dalam kebiasaan makan Anda, dalam kehidupan seks Anda, dalam setiap bidang kehidupan – hindarilah ekstremitas.

 

MELEPASKAN KETERIKATAN:

Ini tidak berarti melarikan diri dari tanggungjawab. Tidak berarti meninggalkan rumah dan menjadi seorang pertapa. Melepaskan keterikatan berarti melepaskan rasa kepemilikan. Tuhan adalah pemilik Tunggal semuanya ini. Anda ada atau tidak, dunia ini akan tetap ada. Menganggap diri sebagai pelaku hanya menunjukkan ego Anda. Tanpa diri Anda pun semuanya akan berjalan biasa, bahkan mungkin lebih lancar.

“MAWAS DIRI BERARTI: MENJAGA KEBERSIHAN DIRI, MERASA PUAS DENGAN APA ADANYA, MEMELIHARA KESEDERHANAAN, MEMPELAJARI DIRI DAN MENYERAHKAN SEGALANYA KEPADA IA YANG MAHA ESA.”

~Patanjali Yoga Sutra – II: 32

Yoga di Ubud

MENJAGA KEBERSIHAN DIRI:

Ini tentu saja tidak hanya berarti mandi dua-tiga kali sehari. Menjaga kebersihan diri mencakup kebersihan badan, pikiran dan rasa.

Setelah mengalami peningkatan kesadaran, tugas kita justru semakin berat. Mempertahankan kesadaran itu membutuhkan nyali dari baja. Tidak hanya menjaga diri, tetapi juga menghindari lingkungan yang bisa menarik Anda ke bawah lagi. Pergaulan Anda, persahabatan Anda – semuanya menjadi sangat penting.

 

MERASA PUAS DENGAN APA ADANYA:

“Lina” – tokoh dalam buku Kundalini Yoga – sudah  mulai berpikir bahwa ia akan kembali ke India. Siap untuk meninggalkan hidup mewah di Jepang dan kembali ke India merupakan suatu langkah yang besar sekali. Dia tahu persis, hidup di India tidak akan gampang. Mungkin ia harus bekerja. Ia tidak punya bekal apa pun. Ia tidak berpendidikan tinggi. Ia tidak punya relasi atau keluarga yang kaya. Apa yang akan ia lakukan di India?

Rupanya, ia sudah siap untuk menerima apa adanya. Ia akan puas dengan apa adanya. Ia akan puas dengan apa adanya. Kekuatan untuk mengambil sikap seperti ini merupakan hasil peningkatan kesadaran dalam dirinya. Chakra kedua, sentra energi yang membuat Anda menjadi kreatif, sudah mulai berperan. Apabila Anda kreatif, Anda tidak akan takut menghadapi suatu situasi.

 

MEMELIHARA KESEDERHANAAN:

“Lina” – tokoh dalam buku Kundalini Yoga – juga sudah siap untuk hidup sederhana. Ia tidak mengharapkan macam-macam. Ia tahu persis, meninggalkan Jepang dan meninggalkan “Raju” – tokoh dalam buku ‘Kundalini Yoga’ juga –  berarti meninggalkan kemewahan, meninggalkan pola hidupnya selama lima tahun belakangan.

 

MEMPELAJARI DIRI:

“Lina”  tokoh dalam buku Kundalini Yoga – sudah menemukan dirinya. Ia sudah menemukan jati dirinya. Kehadiran seorang teman yang tiba-tiba saja muncul dalam kehidupannya tidak merupakan suatu kebetulan. Apabila Anda sudah jenuh dengan pola hidup Anda selama ini dan betul-betul mendambakan sesautu yang baru, perubahan pun akan datang.

Yang penting adalah kesungguhan Anda. Lina sudah sungguh jenuh dengan pola hidupnya selama itu. Ia sudah memutuskan untuk bunuh diri, atau lari dari rumah. Dalam keadaan seperti itu, Keberadaan tidak mungkin tidak membantu. Sahabat Lina hanya merupakan katalisator. Kehadiran dia saja sudah cukup. Ia bagaikan cermin – Lina bercermin diri, melihat dirinya dalam diri Dia.

Kadang-kadang suatu buku bisa menjadi katalisator. Anda sedang bingung, dan tiba-tiba ada yang meminjamkan suatu buku, atau kebetulan Anda ke toko buku dan salah satu buku di antara puluhan ribu judul di sana menarik perhatian Anda. Lantas, Anda memperoleh petunjuk lewat buku itu. Pertemuan dengan seseorang bisa menjadi katalisator, sebagaimana dialami oleh Lina. Pengalaman kita bisa berbeda-beda.

 

MENYERAHKAN SEGALANYA KEPADA

YANG MAHA ESA: 

Dan yang terakhir, Lina harus berserah diri sepenuhnya. Berserah diri kepada Siapa? Pada Tuhan, pada Keberadaan – pada Semesta, pada arus Alam. Lina masih belum menemukan pantai Pencerahan. Ia masih berada di tengah laut kehidupan. Ia sedang menyelami kehidupan. Ia harus kuat, harus yakin akan kemampuan dirinya, tidak berhenti berenang, tidak berhenti menyelam. Selanjutnya, berserah diri sepenuhnya kepada Keberadaan, pada Tuhan, pada Allah, pada Widhi!

 

Berminat membaca buku Kundalini Yoga, silahkan hunbungi:  SMS/WA Order: 087885111979 – Simpati: 0822 1334 3442

Baca artikel Sebelumnya:

1.Anand Krishna dan Makna Chakra Dasar/Pertama

———————————————————————————–

Bila tertarik mengiktui kelas Kundalini Yoga, Anda dapat mengikuti kelas persiapannya, yaitu Kelas Ananda’s Neo Stress Management.

Dapat diikuti di kota:

JAKARTA:

Sukmawati: 08788 108 5601

Imus: 08788 511 1979

Joehanes: (SMS Only) 0811 14 4959

 

JOGJA, SOLO, SEMARANG:

Kiky: 0811258648

Mira: 081805844014

 

BALI:

Made Mulia: 087 861 228 171

 

Silahkan kunjungi tulisan berikutnya:

ANAND KRISHNA DAN MAKNA CHAKRA KETIGA DALAM YOGA